PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus berupaya meningkatkan produksi minyak di Wilayah Kerja (WK) Rokan, dengan tujuan mencapai target produksi satu juta barel minyak per hari (BOPD) pada tahun 2030. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknologi terbaru melalui transformasi digital.
Corporate Secretary PHR, Rudi Arrifianto, mengatakan bahwa mereka terus berinovasi melalui teknologi dan digitalisasi untuk mencapai target produksi migas 1 juta BOPD pada tahun 2030. Dalam kunjungan lapangan media di Pekanbaru, Riau, pada tanggal 24 Oktober 2023, Rudi mengatakan bahwa industri migas saat ini menghadapi banyak tantangan, namun dengan dukungan teknologi baik dari sisi teknis maupun IT, PHR berupaya memberikan hasil terbaik untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Wilayah Kerja Rokan adalah lapangan migas terbesar dengan luas sekitar 6.200 km persegi. Rudi menyatakan bahwa transformasi digital menjadi kunci untuk menjaga produksi dan efisiensi operasional di wilayah ini.
Vice Presiden IT OHR, Triatmojo Rosewanto, mengatakan bahwa transformasi digital sangat penting dalam peningkatan produksi di wilayah kerja PHR. Transformasi digital sektor industri migas merupakan bagian dari strategi Indonesia Oil dan Gas (IOG) 4.0 yang sedang dijalankan. Digitalisasi industri migas memungkinkan seluruh aktivitas operasional migas diintegrasikan dan dipantau melalui sistem terpusat.
PHR telah membangun Digital and Innovation Center (DICE) sebagai upaya untuk mempercepat pengambilan keputusan manajemen berdasarkan informasi yang lengkap, akurat, dan terpercaya. DICE juga mampu memantau berbagai macam data produksi serta rencana proyek setiap harinya. Selain itu, DICE juga dapat memantau seluruh aktivitas pengeboran di sumur-sumur minyak yang ada di WK Rokan.
Dalam hal keamanan pekerjaan di lapangan, DICE dilengkapi dengan solusi digital berupa ICE CCTV dan Intelijen CCTV. Solusi tersebut dapat mendeteksi secara otomatis penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh pekerja di lapangan. Jika ada pegawai yang tidak menggunakan APD secara lengkap, alarm akan berbunyi di Command Center sehingga tindakan dapat segera dilakukan.
Implementasi digital ini dapat dilaksanakan berkat tata kelola transformasi digital yang melibatkan seluruh divisi di PHR. Triatmojo Rosewanto berharap dengan penerapan transformasi digital ini, PHR mampu meningkatkan kinerjanya untuk mendukung ketahanan energi Indonesia.