Home Berita Karyawan KFC dan Pizza Hut Berisiko Di-PHK karena Dampak Boikot Israel

Karyawan KFC dan Pizza Hut Berisiko Di-PHK karena Dampak Boikot Israel

BRAND-BRAND AMERIKA SERIKAT TERDAMPAK LUAR BIASA AKIBAT BOIKOT PRODUK PRO-ISRAEL
JAKARTA — Brand-brand terkemuka dari Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya terdampak secara signifikan akibat boikot produk pro-Israel. Meskipun sebelumnya diremehkan, kampanye boikot tetap marak di seluruh dunia yang menargetkan perusahaan-perusahaan yang dianggap mendukung agresi militer Israel di Gaza.

Menurut berbagai sumber yang dilansir Selasa (30/1/2024), banyak merek terkenal mengalami penurunan pelanggan dan keuntungan akibat gerakan boikot ini, yang pada akhirnya berdampak pada bisnis mereka. Hal ini mencerminkan sentimen yang lebih luas di negara-negara mayoritas Muslim di wilayah tersebut.

Sejak agresi militer Israel meningkat setelah serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober, dan hingga kini telah mengakibatkan korban tewas lebih dari 30 ribu warga Palestina di daerah kantong tersebut, telah memicu gerakan boikot anti-Israel di Timur Tengah.

Americana Restaurants International yang merupakan operator waralaba ternama seperti KFC, Pizza Hut, Krispy Kreme, dan Hardee’s di Timur Tengah, merasakan dampak yang signifikan, dengan sahamnya anjlok sebesar 27 persen di bursa Saudi dalam tiga bulan terakhir. Para analis mengantisipasi penurunan besar laba perusahaan pada kuartal pertama akibat boikot tersebut.

Dalam laporan Bloomberg, Americana Restaurants International dilaporkan bahkan telah memangkas hampir 100 pekerja dalam restrukturisasi internal di tengah maraknya kampanye boikot. Menurut perwakilan perusahaan, pemutusan hubungan kerja (PHK) dilakukan setelah adanya tinjauan struktur untuk ‘menyelaraskan sumber daya dengan tujuan strategis dan aspirasi pertumbuhan perusahaan’.

Laporan JPMorgan Chase & Co. pekan lalu menyebut merek-merek ternama seperti KFC, Pizza Hut, dan Hardee’s telah terkena dampak boikot dalam beberapa bulan terakhir. Mesir, negara dengan populasi terbesar di kawasan Timur Tengah, merupakan negara yang paling terkena dampaknya, menurut laporan tersebut.

Distributor Coca-Cola Turki juga mengalami penurunan volume penjualan sebesar 22 persen pada kuartal keempat tahun 2023 dibandingkan tiga bulan sebelumnya, setelah parlemen Turki bergabung dalam gerakan boikot pada November 2023. Keputusan untuk menghapus Coca-Cola dari kafetaria parlemen dinilai berkontribusi terhadap penurunan penjualan.

Hal serupa juga dirasakan McDonald, raksasa makanan cepat saji global, telah melaporkan dampak bisnis dari boikot tersebut sebagaimana disampaikan CEO Chris Kempczinski. Meskipun jumlah pasti kerugiannya tidak diungkapkan, perusahaan tersebut menghadapi reaksi keras di Timur Tengah sejak pertengahan Oktober ketika pemegang waralaba di Israel secara terbuka mengumumkan pemberian makanan gratis kepada tentara Israel.

Perusahaan-perusahaan Barat lainnya, termasuk Starbucks, IBM, dan Nestle, juga mengalami boikot di tengah meningkatnya sentimen terhadap dugaan dukungan terhadap Israel. Kondisi ini memberi peluang bagi merek-merek lokal untuk bersaing dengan merek terkenal tersebut. Hal ini karena banyak masyarakat yang menghindari merek besar asing.

Sumber: Republika (https://ekonomi.republika.co.id/berita/s81yul502/kfc-pizza-hut-mulai-phk-karyawan-karena-dampak-boikot-israel)

Exit mobile version