Home Berita Pedagang Membuang 10 Ton Pepaya di Kramat Jati karena Harga Turun

Pedagang Membuang 10 Ton Pepaya di Kramat Jati karena Harga Turun

Sejumlah warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Taruna Jaya sedang memanen buah pepaya california (Carica papaya L.) di kebun mereka di Karet Tengsin, Jakarta, pada hari Senin (20/2/2023) (ilustrasi).

JAKARTA — Sejumlah pedagang terpaksa membuang sekitar 10 ton pepaya karena harganya anjlok di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, pada hari Selasa (23/4/2024).

Para pedagang membuang buah pepaya yang masih layak untuk dikonsumsi dan yang sudah busuk di akses jalan depan los buah.

“Harga pepaya turun jauh, sudah hampir 60 persen turunnya tapi pepaya tetap tidak laku. Jadi banyak yang dibuang,” kata pedagang pepaya, Inas (46 tahun) di Pasar Induk Kramat Jati.

Menurutnya, para pedagang terpaksa membuang barang dagangannya karena harga pepaya anjlok sejak pertengahan Ramadhan 1445 Hijriyah. Jumlah pembeli yang sepi juga memberikan dampak berkurangnya pendapatan para pedagang.

Dia menyatakan bahwa para pedagang biasanya menjual pepaya seharga Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per kilogram. Namun, dalam beberapa waktu terakhir harga anjlok menjadi Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per kilogram.

“Dari harga kita beli ke petani lalu dijual lagi sudah tidak ada untungnya sama sekali. Pembelinya juga tidak ada. Kita dagang sekarang cuma nombok doang,” ucapnya.

Menurutnya, bukan kali ini saja para pedagang pepaya membuang barang dagangannya. Hampir setiap tahun terjadi hal yang sama.

Pada akhir 2023, katanya, para pedagang di Pasar Induk Kramat Jati juga terpaksa membuang puluhan ton pepaya karena sepinya pembeli dan harga turun.

“Sekarang satu mobil bisa separuh lebih dibuang, kita nombok. Hari ini pepaya masuk, besok sudah dibuang. Ini yang baru masuk kalau malam tidak laku, sudah dibuang lagi,” katanya.

Untuk mempertahankan usahanya itu, pedagang hanya mengandalkan pembeli dari pengusaha katering, hotel, dan restoran yang setiap hari membutuhkan pepaya.

“Untuk mencegah kerugian, para pedagang mengurangi jumlah pembelian pepaya kepada para petani,” tambah pedagang lainnya, Tumiran (60 tahun).

Dia berharap harga pepaya dapat kembali normal sehingga para pedagang tidak terus merugi.

Sumber : ANTARA
Sumber: Republika

Exit mobile version