Home Berita Literasi Pasar Modal Syariah Masih Terbelakang Dibanding Pasar Modal Konvensional

Literasi Pasar Modal Syariah Masih Terbelakang Dibanding Pasar Modal Konvensional

Jakarta – Pelaksana tugas (Plt) Deputi Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) Irawati mengatakan pentingnya peningkatan literasi dan inklusi dalam mendorong akselerasi pasar modal syariah Indonesia. Irawati mengatakan OJK secara berkala menyelenggarakan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) untuk mengukur tingkat pemahaman dan penggunaan masyarakat terkait produk jasa keuangan.

“Dalam SNLIK 2024 untuk data 2023 Indeks Literasi Keuangan (ILK) itu 65,43 persen dan Indeks Inklusi Keuangan (IIK) sebesar 75,02 persen,” ujar Irawati dalam kegiatan Merdeka Finansial 2024 pada Sabtu (31/8/2024).

Irawati memerinci jenis layanan ILK konvensional pada 2023 sebesar 65,08 persen dan ILK syariah pada 2023 sebesar 39,11 persen. Sedangkan, IIK konvensional pada 2023 sebesar 73,55 persen dan IIK syariah sebesar 12,88 persen.

“Jadi literasi dan inklusi keuangan syariah itu masih jauh di bawah yang konvensional. Kalau kita lihat khusus ILK pasar modal konvensional itu 15,32 persen, sedangkan ILK pasar modal syariah hanya 5,48 persen,” ucap Irawati.

Irawati menyebut IIK pasar modal syariah pun jauh lebih kecil yakni hanya 0,37 persen dibandingkan IIK pasar modal konvensional yang sebesar 1,60 persen. Irawati menilai indeks pasar modal merupakan anomali dibandingkan sektor jasa keuangan lainnya.

“Di sektor jasa keuangan lain itu pengguna banyak tapi yang paham angkanya lebih kecil. Di pasar modal, yang paham banyak, tapi yang menggunakan jauh lebih sedikit. Ini menjadi tantangan kita bersama meningkatkan pasar modal di masyarakat,” lanjut Irawati.

Irawati mengatakan pasar modal syariah memiliki potensi besar untuk terus bertumbuh. Irawati menilai kehadiran teknologi memberikan banyak kemudahan dalam menggaet generasi muda untuk berinvestasi di pasar modal syariah.

“Kemajuan teknologi memberikan kemudahan anak muda untuk mendapat informasi soal pengelolaan keuangan dan investasi,” sambung Irawati.

Irawati mengatakan istilah Merdeka Finansial juga menjadi salah satu topik yang marak diperbincangkan gen Z dan milenial yang saat ini sebesar 49 persen dari total populasi penduduk Sumbar. Irawati menilai literasi menjadi hal krusial dalam mencegah dampak negatif teknologi dalam sektor jasa keuangan.

“Dengan literasi, masyarakat tidak akan mudah tergiur penawaran investasi ilegal, pinjol ilegal, dan judi online yang membawa kerugian,” kata Irawati.

Sumber: Republika

Exit mobile version