JAKARTA – UMKM di Indonesia diakui sebagai penggerak perekonomian bangsa. Terbukti bahwa setiap krisis ekonomi, UMKM menjadi penopang ekonomi kita. Lembaga keuanganpun tetap setia melayani sektor UMKM agar tetap hidup dan membangun ekonomi lokal dan nasional.
Pelaku UMKM tentu membutuhkan modal untuk memulai atau bahkan mengembangkan usahanya. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengungkapkan bahwa kredit macet pelaku UMKM telah mencapai Rp 22,9 triliun. Menanggapi hal ini, Teten menyatakan perlu mencari solusi dan mengevaluasi program serta perlu solusi mengatasi permasalahan kredit UMKM.
Menjadi lembaga pembiayaan group lending dalam sektor ultra mikro terbesar di seluruh dunia, PT Permodalan Nasional Madani semakin yakin bahwa pendampingan nasabah menjadi salah satu solusi kredit macet.
Hal ini selaras dengan program pemberdayaan PNM di mana pembiayaan dan pendampingan nasabah menjadi satu paket. Karena PNM bekerja untuk pemberdayaan nasabah melalui pembiayaan dan pendampingan. Pembiayaan dan pendampingan merupakan dua sisi mata uang yang tidak boleh dipisahkan satu dengan lainnya.
“Nasabah kami ini kan banyak yang sebelum bergabung dengan Mekaar tidak memiliki usaha, jadi betul-betul kami bimbing dari awal,” ujar Sekretaris Perusahaan PNM L Dodot Patria Ary.
Memiliki fokus kepada ibu-ibu prasejahtera dalam salah satu layanannya, PNM Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera), PNM membukakan akses baru kepada 3 modal utama yakni modal finansial, intelektual, dan sosial. Bicara soal modal intelektual, PNM tidak semata-mata memberikan pinjaman saja. Tetapi, pendampingan yang berkelanjutan kepada setiap nasabahnya.
Dihadirkan melalui unit Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU), para mitra pelaku ultra mikro dan UMKM binaan PNM diberikan berbagai program pelatihan sebagai stimulus memperbesar usaha nasabah.
Tercatat hingga Oktober 2023, PNM sudah melaksanakan 10.109 pelatihan dengan 550.111 peserta. Tidak hanya itu, sudah 721.780 nasabah yang dibantu untuk memperoleh NIB. Pelatihan literasi digital juga dilakukan walaupun masih dalam tahapan yang sangat belia. Selain kegiatan pelatihan yang sifatnya menjadi program pengembangan kapasitas usaha, dilakukan juga pendampingan nasabah setiap minggunya, sehingga dari 14,8 juta nasabah semua mendapatkan pendampingan usaha melalui Pertemuan Kelompok Mingguan (PKM).
“Kami rajin melakukan edukasi literasi keuangan, dan klasterisasi usaha yang kami bentuk juga menjadi satu environment yang menguntungkan bagi para mitra binaan, sampai saat ini sudah 418 klasterisasi di desa-desa terbentuk,” tambah Dodot.
Ratnasari, nasabah PNM dari Jakarta membagikan pengalamannya. Ratnasari menilai upaya PNM semakin membuahkan hasil, ia merasakan usahanya kian waktu kian meningkat. Ratnasari yang tinggal di Ibukota mampu mengatasi persaingan jajanan kue kering cukup tinggi. Ia bisa melakukan inovasi dan menciptakan keunggulan produk mulai dari rasa, diversifikasi, dan kemasan menjadi penentu dalam persaingan pasar.
“Sebelumnya packaging saya tidak seperti ini. Setelah beberapa kali mendapat pelatihan dan ada saran dari teman-teman PNM juga, kemasan saya dinilai lebih memiliki identitas,” kata Ratnasari.
Sumber: Republika.