27.2 C
Jakarta
HomeBeritaHarga Pangan Turun 13,7 Persen secara Global, Namun Harga Beras Melonjak

Harga Pangan Turun 13,7 Persen secara Global, Namun Harga Beras Melonjak

Pada Hari Kamis (12/10/2023), para pekerja tengah melakukan proses bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

JAKARTA — Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat bahwa harga pangan dunia mengalami penurunan pada tahun 2023. Menurut FAO, penurunan harga pangan terbesar terjadi pada komoditas biji-bijian dan minyak.

“Dalam keseluruhan, harga komoditas pangan dunia turun 13,7 persen pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” demikian pernyataan FAO seperti dilansir dari Zawya di Jakarta, Ahad (7/1/2024).

FAO menyatakan bahwa penurunan harga pangan dunia tidak terlepas dari berkurangnya kekhawatiran akan pasokan. Indeks harga sereal FAO yang turun 15,4 persen mencerminkan pasokan pasar global yang baik dibandingkan dengan tahun 2022, saat harga melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina. Konflik antara Rusia dan Ukraina mengganggu rantai pasok biji-bijian.

“Walaupun kekhawatiran terhadap pasokan gandum dan jagung mereda, hal yang berbeda terjadi pada beras karena dampak fenomena cuaca El Nino dan India yang membatasi ekspor. Harga beras melonjak 21 persen tahun lalu,” lanjut pernyataan FAO.

FAO juga menyampaikan bahwa indeks harga minyak nabati mencatat penurunan terbesar tahun lalu, yaitu turun 32,7 persen, berkat peningkatan pasokan dan berkurangnya penggunaan produksi biofuel. Di sisi lain, harga gula melonjak 26,7 persen secara keseluruhan, meskipun turun dari harga tertingginya pada bulan Desember berkat Brasil yang meningkatkan ekspor dan mengurangi penggunaan biofuel.

Ekonom dan pakar industri makanan, Bruno Parmentier, mengatakan bahwa harga pangan konsumen di banyak negara seringkali meningkat lebih cepat daripada tingkat inflasi, meskipun indeks FAO mengalami penurunan secara keseluruhan.

“Fakta bahwa harga komoditas pangan turun tidak serta merta berarti turunnya harga pangan,” ujar Bruno.

Bruno juga menyatakan bahwa indeks FAO mengukur harga pasar komoditas, dan mungkin memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai rak-rak supermarket. Biaya tersebut hanya mewakili sebagian kecil dari biaya produk akhir yang diproses.

“Tepung hanya mewakili empat hingga delapan persen dari harga baguette. Sebagian besar adalah biaya tenaga kerja dan biaya produksi seperti energi, air, dan sewa,” kata Bruno. (Sumber: Republika)

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Berita Pilihan
Berita Terkait