Kiri-kanan: Sebuah mobil sedang melintasi jalur yang terletak di antara pegunungan curam menuju kota Skardu di daerah tinggi Gilgit-Baltistan, sekitar 500 kilometer di utara Islamabad, Pakistan. Seorang penggembala wanita dengan pakaian tradisional terlihat di Deosai National Park, Distrik Skardu. Saat pesawat dari Islamabad terbang menuju Skardu, pilotnya menyampaikan bahwa Nanga Parbat, dengan ketinggian 8.126 meter di atas permukaan laut, terlihat di jendela di sebelah kanan pesawat. Skardu, yang terletak di Gilgit-Baltistan, adalah kawasan dengan banyak gunung tinggi, di mana setidaknya 50 puncak melebihi ketinggian 7.000 meter.
Lanskap yang indah ini menjadi cukup magis untuk dinikmati dari udara, meskipun juga memberikan rasa cemas. Keindahan alam Gilgit-Baltistan, yang juga termasuk gletser terbesar di dunia di luar kutub, danau-danau berwarna biru, serta Cold Desert yang selalu dingin sepanjang tahun, membuat pengalaman di sini sangat berkesan. Namun, konflik teritorial antara Pakistan dan India, yang juga berdampak pada wilayah Kashmir, membuat situasi di daerah ini tegang dan sulit.
Setelah mendarat di bandara Skardu, saya menuju terminal bandara setelah melewati jalan rusak. Di sana, turis asing diwajibkan melakukan registrasi khusus sebelum memulai perjalanan mereka. Saya kemudian pergi ke Skardu dan tinggal di penginapan milik keluarga Hamid, yang juga memberikan wawasan tentang sejarah dan konflik di daerah ini. Mereka bermata sipit dan berkulit terang, dan mengaku sebagai orang Balti keturunan Tibet.
Konflik perbatasan di Kashmir, yang berakar pada abad ke-19, membuat wilayah ini terbagi antara Pakistan, India, dan Tiongkok. Sengketa ini terus menjadi topik pembicaraan sehari-hari di daerah Kashmir, termasuk di Gilgit-Baltistan. Kunjungan ke daerah ini juga membawa saya bertemu dengan keturunan raja lokal, yang membagikan kisah-kisah pilunya tentang perpisahan dan kesedihan akibat konflik tersebut.
Meskipun memiliki keindahan alam yang menakjubkan, Gilgit-Baltistan tetap terdampak oleh kurangnya perhatian pemerintah pusat di Islamabad. Masyarakat setempat berharap wilayah mereka diakui sebagai provinsi kelima Pakistan, namun harapan tersebut masih terbengkalai. Kondisi politik dan geopolitik yang rumit membuat Gilgit-Baltistan tetap menjadi daerah yang terpinggirkan dan berada dalam ketegangan konstan.