Oleh Yohanes Sandy
Usai mendarat hampir tengah malam di Bandara Senai, saya meluncur nonstop 77 kilometer di jalan tol menuju Desaru. Separuh perjalanan, bus meniti seutas jembatan megah yang mengangkangi muara Sungai Johor. Berkat jalan yang diresmikan pada 2011 ini, durasi trip Senai-Desaru berhasil dipangkas menjadi hanya satu jam dari sebelumnya dua jam. Pemerintah setempat berharap, infrastruktur ini akan mendukung peningkatan arus turis ke Desaru Coast, kompleks liburan baru di pesisir timur Malaysia.
Desaru Coast menaungi hotel, taman rekreasi, sarana olahraga, hingga sentra belanja. Megaproyek ini terhampar di lahan pesisir seluas 1.500 hektare di Johor, negara bagian yang mengidap ambisi besar di bidang pariwisata, ditunjang antara lain oleh koneksi jalan dengan Singapura.
Sesuai namanya, kompleks terpadu ini berlokasi di Desaru, pesisir yang populerdi era 90-an. Dengan pantai elok sepanjang 22 kilometer, Desaru merupakan langganan warga Johor untuk menghabiskan akhir pekan. Tapi mungkin akibat larut di zona nyaman, pamornya lalu meredup. Minim inovasi, Desaru kalah bersinar dari destinasi anyar yang merekah di kaki Laut Cina Selatan, terutama Sentosa dan Lagoi. Di tengah kelesuan itulah ia mendapat suntikan energi baru: Desaru Coast garapan Desaru Development Holdings.
Kisahnya dibuka dengan lapangan golf. Pada 2016, pihak pengembang meluncurkan Ocean Course yang dirancang oleh Ernie Els, selebriti golf asal Afrika Selatan. Setahun berselang, hadir Valley Course, kali ini didesain oleh Vijay Singh asal Fiji.
Di tahap kedua, Desaru Coast melansir Adventure Waterpark, yang luasnya kira-kira tiga kali Waterbom Bali. Fasilitas andalannya meliputi kolam ombak raksasa, pantai buatan sepanjang 170 meter, serta delapan wahana air garapan ProSlide— vendor Atlantis Sanya. Melengkapi atraksi itu, hadir danau artifisial, amfiteater, serta pujasera. Semuanya bisa dijangkau menaiki shuttle bus yang lewat setiap 15 menit.
Baca juga: Checking In: Hard Rock Hotel Desaru Coast
Rampung memberi alasan turis untuk datang, Desaru Coast lalu menyediakan fasilitas agar mereka menetap lebih lama. September 2019, Hard Rock Hotel dibuka lewat pesta yang dimeriahkan musisi gaek Amy Search. Hotel kedua, The Westin, beroperasi mulai akhir 2019. Saat saya datang September silam, hotel ini tengah menjalani tahap uji coba.
Jika dicermati tawarannya, Desaru Coast sebenarnya memakai pakem bisnis yang dipraktikkan oleh Sentosa dan Lagoi: kompleks liburan yang memastikan ada opsi kegiatan untuk setiap anggota keluarga. Ketiganya mengoleksi atraksi yang hampir identik, karena itu pula menciptakan persaingan yang menarik. Sentosa aktif membidik pelancong Indonesia dan Malaysia, sementara Lagoi gencar menyasar turis Singapura. Kini, Desaru Coast memberi alasan bagi warga Singapura berlibur di Johor, tak sekadar pijat, berbelanja bulanan, atau mengisi bensin.
Membaca cetak birunya, Desaru Coast akan membangun sejumlah properti tambahan, termasuk resor Anantara dan One&Only. Proyek berikutnya yang dinanti turis ialah terminal feri. Problem Desaru saat ini ialah akses. Jalan tol memang sudah tersedia, tapi opsi penerbangan ke Senai sangat minim dengan waktu kedatangan yang tidak strategis. Dengan kehadiran Desaru Coast Ferry Terminal, yang ditargetkan rampung akhir 2020, wisatawan akan memiliki opsi terbang ke Singapura, lalu meneruskan perjalanan dengan feri melalui Terminal Tanah Merah.
Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Januari/Maret 2020 (“Desaru Baru”)