29.4 C
Jakarta
HomeBeritaTransportasi Berbasis Rel: Menyelamatkan Udara Bersih dan Mengurangi Kepadatan Lalu Lintas

Transportasi Berbasis Rel: Menyelamatkan Udara Bersih dan Mengurangi Kepadatan Lalu Lintas

JAKARTA — Mobilitas masyarakat kini sudah kembali normal setelah tertahan pandemi Covid-19. Jalan penghubung lima kota satelit Jabodetabek mulai sesak setiap kali menemui jam sibuk. Penggunaan kendaraan pribadi pun kini mulai menuju normal karena kemacetan mulai terdeteksi bahkan lebih parah dibandingkan kondisi sebelum pandemi.

Pada akhirnya, isu polusi udara mencuat tak lama setelah aktivitas masyarakat kembali normal. Langit kota metropolitan sering terpantau gelap dan kondisi udara kerap memburuk.

Meskipun sepenuhnya bukan disebabkan karena transportasi, namun sektor ini juga menjadi salah satu yang menyumbang polusi. Penghuni Jakarta Raya masih perlu memaksimalkan lagi transportasi umum, khususnya yang berbasis rel untuk mengosongkan ruang di jalan-jalan demi menyelamatkan udara bersih.

Berdasarkan data temuan dari Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), tingkat polusi udara Jakarta pada 2023 secara keseluruhan sangat menurun sejak 2019. Walaupun ada sedikit perbaikan di antara 2020 dan 2022, peningkatan polusi udara pada 2023 merupakan kemunduran yang cukup signifikan.

“Lebih dari 29 juta orang yang tinggal di daerah Jabodetabek terpapar polusi udara pada tingkat tidak sehat, selama lebih dari separuh 2023,” kata Analis CREA Katherine Hasan dikutip dari laporan CREA pada April 2024.

Tren bulanan kualitas udara Jakarta pada 2023 berada pada rentang tidak sehat yaitu 40-50 μg per meter kubik sepanjang Juni hingga akhir tahun. Jumlah tersebut setara dengan delapan hingga 10 kali lipat Pedoman Kualitas Udara WHO 2021.

Selain mengatasi akar masalah utama dari penyebab buruknya kualitas udara, penggunaan transportasi umum bisa menjadi upaya yang bisa dilakukan oleh semua lapisan masyarakat. Terutama transportasi berbasis rel yang saat ini sudah dihadirkan di sejumlah perkotaan.

Perluas lintasan

Pengamat transportasi dan Wakil Ketua Bidang Penguatan dan Pengembangan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengakui, pengembangan dan perluas transportasi berbasis rel bisa membantu dalam pengurangan polusi udara. Djoko menuturkan dengan semakin lengkap tersedianya perlintasan kereta di banyak perkotaan bisa membuat masyarakat lebih nyaman dalam mobilitasnya.

“Perluasan daya jangkau angkutan berbasis rel ini bisa sangat membantu dalam pengurangan polusi udara dan itu potensinya juga besar untuk perkotaan,” kata Djoko kepada Republika, Kamis (25/4/2024).

Terlebih, Djoko menuturkan penerapan transportasi seperti kereta rel listrik (KRL) sudah tidak hanya dikembangkan di Jabodetabek saja. Saat ini, commuterline sudah dioperasikan untuk lintasan Yogya-Solo, Merak, dan target pengoperasian di wilayah lain.

“Sekarang sedang dibangun bisa dua tahun selesai di perkotan Surabaya dan Bandung Raya. Bandung nanti dibuat listrik aliran atas (LAA) untuk KRL dari Cicalengka menuju Padalarang setelah sudah double track tinggal dibuat listrik atas. Makanya sekarang wilayah yang dioperatori KCI bertambah,” jelas Djoko.

Dengan semakin lengkapnya transportasi berbasis rel, Djoko yakin pilihan masyarakat menggunakan transportasi umum akan semakin banyak. Tidak hanya di Jabodetabek saja namun juga akan menyebar di kota besar lainnya dan pada akhirnya bisa membantu dalam menyehatkan kualitas udara.

Untuk lingkungan berkelanjutan

Dalam mengurangi emisi dan polusi, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengambil langkah nyata dari sektor transportasi. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan upaya tersebut terus menerus dilakukan, terintegrasi dengan kebijakan lainnya, serta dilakukan secara massif dengan proyeksi kemanfaatan yang berjangka panjang demi mendukung terciptanya lingkungan berkelanjutan.

“Sejumlah pembangunan sarana transportasi massal seperti MRT, LRT, dan Kereta Cepat terus dikebut sebagai upaya dan kebijakan jangka panjang untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil di sektor transportasi,” kata Budi, beberapa waktu lalu.

Dalam sebuah acara Konferensi Energy Transition Conference and Exhibition 2023 yang diselenggarakan Dewan Energi Nasional (DEN) dengan tema Kolaborasi Mewujudkan Transisi Energi Menuju Net Zero Emission 2060, Budi mengungkapkan transportasi massal saat ini sudah menjadi keharusan untuk dilakukan, meski proses membangunnya tidak mudah. Untuk itu, Budi mengajak seluruh stakeholder terkait aktif mempromosikan penggunaan transportasi massal kepada masyarakat luas.

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Berita Pilihan
Berita Terkait