BANDA ACEH – Dua periode pemerintahan Presiden Joko Widodo gagal mengembangkan kelas menengah menjadi kelas atas. Hal itu disampaikan ahli fiskal Prof. Awalil Rizky dalam forum diskusi virtual Insan Cita bertemakan ‘Kelas Menengah Semakin Menipis, Bagaimana Prospek Indonesia’, Minggu malam (22/9).
“Saya menilai pemerintahan Jokowi ini gagal mengembangkan kelas menengah kalau disederhanakan saya memperlihatkan beberapa klasifikasi yang cenderung mengembang selama kurang lebih 10 sampai 12 tahun terakhir yang istilah-istilah ini dikenal di dalam publikasi Badan Pusat Statistik tapi beda-beda,” kata Awalil mengawali presentasenya.
Ia mengurai pada periode 2019-2024 kelompok miskin bertambah 80.000 orang, rentan miskin bertambah 12,72 juta orang, menuju kelas menengah bertambah 8,65 juta orang, kelas menengah berkurang 9,48 juta orang.
” Dari data BPS yang disajikan dalam rapat di DPR pertama itu kelompok menengah menurun berkurang 9,48 juta orang saya nggak mau pakai presentasi biar jelas permasalahannya,” sambungnya.
Profesor Awalil mengatakan kelas menengah turun selama 5 tahun terakhir dari data BPS. Namun, cukup membingungkan kelas menengah justru turun cukup signifikan.
“Dengan ukuran BPS turunnya nggak main-main 9,5 juta. Saat yang bersamaan yang di atas jadi dia nggak miskin tapi dekat dengan orang rentan miskin itu bertambah dari 12,85 juta menjadi 15,75 juta nambahnya banyak 8,65 juta di sini timbul imajinasi bahwa kelas menengah ini turun ke situ,” katanya.
“Mengapa karena kelas atas hanya bertambah 50 ribu, mungkin dalam presentasi tidak bertambah. Jadi nggak ada penambahan jadi menuju kelas menengah bertambah menariknya juga yang rentan juga bertambah 12,72 juta,” tutupnya.