Popularitas tidak selalu sejalan dengan profesionalisme. Itu yang saat ini menimpa penyanyi dangdut asal Purwodadi, Dinda Eksa Taratu (29), setelah dilaporkan ke Polsek Tunjungan, Kabupaten Blora atas dugaan wanprestasi. Dinda diadukan oleh pasangan suami istri, Novita dan Miftaqhul Huda, warga Desa Tamanrejo, Kecamatan Tunjungan. Mereka merasa ditipu karena sang penyanyi mangkir dari acara hajatan khitanan putra mereka, Ammar Barig, yang digelar pada Sabtu, 14 Mei 2025.
Padahal, nama Dinda telah dipasang sebagai bintang tamu utama dalam undangan, spanduk, dan pamflet acara. “Kami merasa sangat dirugikan, baik secara materiil maupun moril,” ujar Novita saat ditemui seusai melapor ke polisi. Menurutnya, mereka telah mentransfer uang muka sebesar Rp500 ribu ke rekening Dinda sebagai tanda jadi dari total honor Rp5 juta untuk lima lagu. Namun, dua hari menjelang pentas, pihak manajemen membatalkan secara sepihak melalui sambungan telepon, tanpa penjelasan memadai dan tanpa itikad mengembalikan uang muka. “Tidak ada permintaan maaf, tidak ada pengembalian dana. Manajemennya lepas tangan,” keluh Novita.
Kekecewaan memuncak karena tamu undangan, termasuk penggemar Dinda, banyak yang datang khusus untuk menyaksikan penampilannya. Meskipun acara tetap berlangsung dengan penampilan artis lokal seperti Gadis Wuryani, Zaitun Niam, Agnes Margareta, Anik Marsela, dan Jowan MC, absennya Dinda dianggap mencoreng semarak perayaan. Tak hanya kali ini Dinda disebut mengecewakan penggemar. Warga mengaku telah beberapa kali mendengar kejadian serupa. Pembatalan sepihak tanpa pengembalian uang muka dinilai mulai menjadi pola. “Kalau sudah berkali-kali seperti ini, harusnya ada evaluasi. Artis juga punya tanggung jawab moral terhadap masyarakat,” kata Sudarno, warga setempat yang ikut membantu persiapan acara.
Huda, ayah Ammar, tak bisa menyembunyikan kekesalannya. “Jangan mentang-mentang terkenal, lalu semaunya. Hari ini dipuja, besok bisa saja dilupakan,” ujarnya. Dinda Eksa Taratu dikenal lewat sejumlah lagu yang sempat populer di kawasan Pantura, seperti “Gara-Gara Sebotol Minuman,” “Cinta Tak Harus Memiliki,” “Ginio”, dan “Satu Hati”. Ia kerap tampil di panggung hajatan, festival rakyat, dan siaran musik lokal. Namun citra itu kini di ujung tanduk.
Hingga berita ini disusun, pihak manajemen Dinda belum memberikan keterangan resmi. Upaya konfirmasi melalui telepon dan pesan singkat tidak mendapat respons. Jika laporan ini bergulir ke ranah hukum, bukan tidak mungkin popularitas Dinda tergerus oleh sikap yang dianggap abai terhadap komitmen. Di tengah dunia hiburan yang keras, reputasi adalah segalanya.