Triple Crown adalah gelar teratas dalam dunia pacuan kuda yang mampu menggetarkan arena dan meninggalkan nama yang abadi dalam sejarah. Tidak sembarang kuda bisa meraih gelar ini, karena Triple Crown bukan sekedar tiga kemenangan beruntun, tetapi simbol supremasi di lintasan pacu. Hanya kuda berusia tiga tahun yang memiliki kombinasi kecepatan dan daya tahan yang mampu menaklukkan tiga balapan paling menantang dalam satu musim yang bisa mencapai Triple Crown.
Di Amerika Serikat, Triple Crown diwakili oleh Kentucky Derby, Preakness Stakes, dan Belmont Stakes. Sejak lebih dari 150 tahun terakhir, hanya 13 kuda yang berhasil mencapainya. Selain di Amerika Serikat, Inggris juga memiliki versi Triple Crown dengan 2000 Guineas Stakes, The Derby, dan St. Leger Stakes yang hanya pernah disapu bersih 15 kali. Di negara-negara lain seperti Jepang, Australia, dan Hong Kong juga memiliki versi Triple Crown masing-masing dengan tantangan dan aturan yang berbeda.
Di Indonesia, Triple Crown hadir lewat tiga seri berjenjang: Seri I, Seri II, dan Indonesia Derby sebagai puncaknya. Sejauh ini, baru dua kuda yang berhasil mencapainya, yakni Manik Trisula dan Djohar Manik. Triple Crown Indonesia disesuaikan dengan kemampuan kuda lokal, dan hanya bisa diikuti oleh kuda usia tiga tahun. Sebuah tantangan yang sulit tetapi bukan mustahil untuk dicapai.
Tahun ini, Indonesia memiliki kesempatan untuk mencatat sejarah baru dalam dunia pacuan kuda. Kuda King Argentine hanya tinggal selangkah lagi menuju mahkota Triple Crown setelah sukses di dua seri sebelumnya. Kemenangan di ajang Indonesia Derby akan menjadikannya kuda ketiga yang meraih gelar tersebut di Indonesia. Triple Crown bukan hanya soal kecepatan, tetapi juga kombinasi kekuatan, konsistensi, strategi, dan sedikit keberuntungan. Indonesia menantikan apakah sejarah baru akan tercipta di lintasan pacu Tanah Air.