Topik “eat the rich” sedang menjadi perdebatan hangat di media sosial setelah muncul dari diskusi kasus penjarahan di Indonesia dan protes gen Z di Nepal yang berhasil menggulingkan pemerintahan. Beberapa warganet khawatir bahwa istilah ini dapat menimbulkan konflik horizontal daripada mengarahkan pada penilaian terhadap pemerintah yang buruk. Ferry Irwandi, seorang pembuat konten dan pendiri dari Malaka Project, turut memperhatikan hal tersebut.
Melalui video singkat di kanal YouTube miliknya, Ferry Irwandi memberikan penjelasan tentang arti dan penerapan istilah “eat the rich”. Menurutnya, masyarakat perlu memahami asal usul istilah tersebut. Istilah ini muncul dalam konteks Revolusi Prancis yang menunjukkan perlawanan kelas bawah terhadap kelas elit yang dianggap serakah.
Ferry menjelaskan bahwa terdapat tiga pondasi, yaitu evolusi, ekonomi, dan game teori, yang memunculkan kondisi “eat the rich” seperti ketimpangan ekstrem, mobilitas terhenti, dan turunnya kepercayaan sosial. Selain itu, istilah ini juga menggambarkan bagaimana masyarakat mencoba mengembalikan keseimbangan akibat ketimpangan yang terjadi.
Dari sudut pandang ekonomi, istilah “eat the rich” bisa muncul saat masyarakat melihat elit yang menghindari membayar pajak dan menggunakan pengaruh politik untuk keuntungan pribadi. Ferry menekankan pentingnya pemerintah memberikan keadilan bagi semua lapisan masyarakat dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sosial yang bisa memicu slogan “eat the rich” menjadi kenyataan.
Sebagai peringatan, Ferry menegaskan bahwa para pejabat harus melakukan komitmen kredibel seperti membayar pajak dan mendukung layanan publik. Pemerintah yang cerdas harus melihat istilah “eat the rich” sebagai sinyal untuk memperkuat institusi agar masyarakat tidak terjerumus ke dalam kondisi sulit yang bisa memicu konflik sosial. Mencegah kondisi “eat the rich” harus menjadi prioritas untuk mempertahankan rasa keadilan dan kesejahteraan bagi semua.