28.8 C
Jakarta
HomeBeritaSeperti McDonald’s, Penjualan Starbucks Menurun di Seluruh Dunia

Seperti McDonald’s, Penjualan Starbucks Menurun di Seluruh Dunia

Starbucks Mengalami Penurunan Penjualan Global

NEW YORK — Senasib dengan McDonald’s, raksasa kopi asal negeri Paman Sam, Starbucks juga mengalami penurunan penjualan secara global dalam setahun terakhir. Penurunan total laba bersih sebesar satu persen pada kuartal II 2024 yoy menjadi 9,1 miliar dolar AS atau setara Rp 149 triliun. Meskipun sebenarnya terjadi peningkatan sebesar 6 persen dari kuartal sebelumnya.

Penjualan global yang sejenis juga turun tiga persen dibarengi dengan jumlah pengunjung turun lima persen. Data itu merupakan penurunan penjualan Starbucks pada kuartal kedua berturut-turut. Starbucks juga menghadapi persaingan yang lebih ketat di segmen kopi siap saji AS, terutama dari operator kopi drive thru yang berkembang pesat.

Dikutip dari CNN News, tercatat total transaksi di toko-toko Amerika Utara yang buka setidaknya selama setahun turun enam persen pada kuartal tersebut. Penurunan ini dibarengi dengan harga kopi yang terlalu mahal di tengah kondisi inflasi.

Lantaran harga minuman kopi yang mahal, membuat konsumen yang membeli minuman serta makanan di Starbucks semakin berkurang. Terlebih pesaing Starbucks banyak juga yang melakukan berbagai inovasi dengan menyediakan layanan pesan-antar dan meningkatnya jaringan kopi drive-thru.

“Konsumen yang lebih memperhatikan biaya, mereka mencari tempat lain atau sekadar melakukan sesuatu di rumah. Ada juga lebih banyak persaingan dari beberapa jaringan kedai kopi drive-thru, seperti Dutch Bros,” kata RJ Hottovy, seorang analis di Placer.ai dikutip dari CNN News, Kamis (1/8/2024).

Biasanya, saham Starbucks (SBUX) naik lebih dari 2 persen dalam perdagangan setelah jam kerja. Namun, berkat inflasi, saham Starbucks telah turun 19 persen hingga pertengahan tahun ini.

CEO Starbucks Laxman Narasimhan mengatakan dia “tidak puas” dengan kinerja perusahaannya pada beberapa tahun terakhir. Ia menegaskan akan segera membuat strategi agar dapat mendorong pertumbuhan dan efisiensi biaya di seluruh toko milik perusahaan di AS.

Selain harga kopinya yang mahal, Starbucks juga merupakan salah satu dari merek asal Amerika Serikat yang menghadapi penolakan atau reaksi keras karena dituduh berafiliasi dengan Israel.

Starbucks yang berkantor pusat di Seattle mencatat adanya hambatan di Timur Tengah, Asia Tenggara, dan beberapa bagian Eropa, yang disebabkan oleh aksi boikot tersebut. Namun, penjualan tetap berjalan positif di Jepang dan Amerika Latin yang diklaim merupakan pasar yang memiliki kekuatan yang signifikan.

Di tengah kondisi penjualan yang melambat, Starbucks akan terus berekspansi secara global, dengan menambah 526 gerai baru sehingga mencapai 39.477 lokasi di 86 pasar. Jaringan kedai kopi ini membuka 130 dan 213 gerai baru di AS dan China, dengan pasar-pasar tersebut mencakup 61 persen dari total gerai globalnya.

Sumber: Republika

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Berita Pilihan
Berita Terkait