29.1 C
Jakarta
HomeBeritaPeringatan: Ekonomi Indonesia Terguncang Trio Kengerian

Peringatan: Ekonomi Indonesia Terguncang Trio Kengerian

JAKARTA – Sejumlah ekonom dari Universitas Paramadina dan Indef memberikan peringatan kepada pemerintah terkait situasi ekonomi nasional saat ini. Beberapa indikator ekonomi global maupun lokal yang diperhatikan oleh para ekonom menunjukkan bahwa Indonesia akan menghadapi tantangan berat dalam dua tahun mendatang.

Hal ini diungkapkan dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Indef dan Universitas Paramadina dengan tema ‘Kebangkitan Nasional, Kebangkitan Ekonomi?’. Diskusi tersebut dilaksanakan secara daring pada Senin (27/6/2024) dan dibuka oleh Rektor Universitas Paramadina Prof. Dr. Didik J Rachbini.

Kepala Centre of Digital Economy and SME’s Indef, Eisha Maghfiruha Rachbini, menegaskan bahwa situasi ekonomi global saat ini tidak sedang dalam kondisi yang baik. Perlambatan ekonomi dan stagnasi global diperkirakan akan terjadi hingga tahun depan, yang akan berdampak pada prospek suku bunga di dalam negeri.

“Menahan suku bunga global pada level tinggi akan mendorong capital outflow dari negara berkembang, dan dampaknya juga akan dirasakan oleh Indonesia, terutama tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang mencapai Rp16 ribu,” ujar dia dalam rilis yang diterima pers pada Senin malam. Situasi ini diprediksi akan berlanjut, baik di Indonesia maupun negara berkembang lainnya yang tertekan oleh penguatan dolar AS.

Ekonom dari Universitas Paramadina, Handi Risza, menambahkan bahwa dunia sedang dihadang oleh tiga masalah utama, yaitu inflasi tinggi, tingkat suku bunga tinggi, dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan akan berdampak pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia. “Perekonomian nasional diprediksi akan mengalami perlambatan,” kata dia.

Di dalam negeri, Handi melihat bahwa pertumbuhan ekonomi sudah mengalami stagnasi, dengan rata-rata pertumbuhan hanya sebesar 4,9 persen. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut, sulit bagi Indonesia untuk naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi atau mengejar ketertinggalan pendapatan per kapita dari negara maju.

Terlebih lagi, perekonomian dalam negeri masih sangat bergantung pada konsumsi sebagai sumber tradisional. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir terbantu oleh windfall dari harga komoditas, diprediksi bahwa harga komoditas akan kembali normal tahun ini, yang dapat menggerus potensi laba dari harga komoditas.

Pengajar ekonomi dari Paramadina, Wijayanto Samirin, mengatakan bahwa dengan situasi ekonomi yang ada, pemerintah yang baru perlu melakukan rasionalisasi atau modifikasi program-program yang ada, baik itu program warisan maupun janji kampanye. Modifikasi program tersebut mencakup pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), kelanjutan proyek kereta cepat Indonesia – Cina, bantuan sosial kepada masyarakat, dan porsi utang surat berharga negara.

“Diharapkan pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming dapat menjaga konsistensi kebijakan dan memperkuat penegakan hukum. Termasuk dalam mendorong reindustrialisasi dan hilirisasi berkualitas di berbagai sektor, serta terus menurunkan biaya logistik melalui perbaikan regulasi dan pemantapan infrastruktur,” ujar Wijayanto.

Menyentuh masalah pajak, Wijayanto setuju untuk meningkatkan penerimaan pajak melalui perbaikan institusi, seperti mengubah model Direktorat Jenderal Pajak menjadi Badan Penerimaan. Selain itu, perlu juga memperbesar sektor manufaktur.

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Berita Pilihan
Berita Terkait