27.3 C
Jakarta
HomeBeritaKonflik Timteng Tetap Berlanjut, Harga Minyak Semakin Menurun Mendekati Pertemuan The Fed

Konflik Timteng Tetap Berlanjut, Harga Minyak Semakin Menurun Mendekati Pertemuan The Fed

Harga minyak turun sebesar satu dolar AS per barel karena investor bersikap hati-hati menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve (Fed) dan data manufaktur China akhir pekan ini. Hal tersebut mengimbangi dukungan dari ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Seperti yang dilaporkan oleh Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun sebesar 98 sen atau 1,1 persen, menjadi 89,50 dolar AS per barel pada pukul 00.01 GMT. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate AS turun sebesar satu dolar AS atau 1,2 persen menjadi 84,54 dolar AS per barel.

Para investor memperhatikan hasil pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve yang akan dilakukan pada Rabu depan. Mereka juga mengandalkan data ketenagakerjaan AS dan pendapatan dari perusahaan teknologi besar Apple Inc (AAPL.O) untuk mencari tanda-tanda perlambatan ekonomi yang bisa berdampak pada permintaan bahan bakar minyak sebagai konsumen terbesar di dunia.

Analis CMC Markets, Tina Teng mengatakan bahwa harga Brent dan WTI telah naik sebesar tiga persen pada Jumat lalu setelah Israel meningkatkan serangan daratnya ke Gaza. Hal tersebut memicu kekhawatiran bahwa konflik tersebut bisa meluas dan berdampak pada sepertiga produksi minyak global.

“Meskipun perang antara Hamas dan Israel meningkat, invasi darat sudah diperkirakan sebelumnya. Pertemuan akhir pekan ini menandakan tidak akan ada ekspansi lebih lanjut dalam perang regional yang lebih luas, yang mengakibatkan penurunan harga minyak,” kata Teng.

Pekan lalu, harga Brent dan WTI mengalami penurunan mingguan pertamanya dalam tiga minggu terakhir karena perkembangan di Timur Tengah membuat investor tetap waspada dan harga terus berfluktuasi.

China akan melaporkan indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur dan jasa, yang akan menjadi perhatian investor karena menunjukkan tanda-tanda stabilisasi ekonomi dan peningkatan permintaan bahan bakar di negara importir minyak mentah terbesar di dunia dan konsumen minyak nomor dua setelah Beijing meluncurkan sejumlah langkah kebijakan untuk mendukungnya.

Sumber: Republika

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Berita Pilihan
Berita Terkait