27.3 C
Jakarta
HomeBeritaUMKM Jadi Fokus Utama Penyaluran Pembiayaan BSI yang Berkelanjutan

UMKM Jadi Fokus Utama Penyaluran Pembiayaan BSI yang Berkelanjutan

Direktur Utama BSI, Hery Gunardi, mengungkapkan bahwa BSI mencatat pertumbuhan positif dalam penyaluran pembiayaan, dengan kualitas yang baik dan terjaga. Hingga September 2023, BSI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp232 triliun, yang mengalami pertumbuhan sebesar 15,94 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Hery juga menyebutkan bahwa pembiayaan BSI didominasi oleh segmen konsumer sebesar Rp117,92 triliun, korporasi sebesar Rp54,39 triliun, mikro sebesar Rp21,45 triliun, SME Rp18,62 triliun, dan komersial Rp11,86 triliun.

BSI juga memiliki fokus dan komitmen dalam penyaluran pembiayaan yang berkelanjutan. Hingga September 2023, pembiayaan berkelanjutan di BSI mencapai Rp53,6 triliun, dengan sektor UMKM menjadi yang terbesar dengan jumlah Rp43,4 triliun. Sementara itu, sektor pertanian mencapai Rp4,9 triliun, produk eco-effisien Rp3,3 triliun, energi terbarukan Rp1,4 triliun, dan proyek eco-green Rp600 miliar.

Hery menyatakan bahwa perseroan berkomitmen untuk menyalurkan pembiayaan yang sehat, berkelanjutan, dan berkualitas baik. BSI juga menerapkan beberapa strategi, seperti fokus pada pembiayaan yang sehat dan orientasi jangka panjang, percepatan proses bisnis, dan disiplin dalam memantau kualitas pembiayaan.

Hingga saat ini, pangsa pasar pembiayaan BSI tumbuh sebesar 3,26 persen dibandingkan dengan kuartal III tahun sebelumnya. Hal ini merupakan sinyal positif seiring dengan peningkatan pangsa pasar industri perbankan syariah di Indonesia yang mencapai 7 persen. Tantangan dan peluang ini akan terus mendorong pertumbuhan BSI dan industri perbankan syariah nasional.

Selain itu, BSI juga berkomitmen penuh dalam mengurangi emisi karbon dan menciptakan Indonesia menjadi negara bebas emisi karbon (NZE) pada tahun 2060. Direktur Finance & Strategy BSI, Ade Cahyo Nugroho, mengatakan bahwa pembiayaan berkelanjutan BSI saat ini difokuskan pada lima sektor utama, yaitu UMKM, produk ramah lingkungan, pertanian dan perkebunan ramah lingkungan, energi bersih dan terbarukan, serta produk hijau lainnya seperti pembangunan gedung ramah lingkungan, industri pengelolaan air, transportasi ramah lingkungan, dan pengelolaan limbah.

Cahyo menambahkan bahwa pembiayaan berkelanjutan akan menjadi fokus BSI ke depan. BSI menargetkan pembiayaan pada sektor ini akan meningkat hingga mencapai 30 persen dari total pembiayaan BSI.

BSI juga terus melakukan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mendukung pembiayaan sektor hijau melalui OJK, Kementerian ESDM, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Bursa Efek Indonesia (IDX), serta berkomunikasi dengan investor baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, BSI juga meningkatkan literasi dan kesadaran kepada nasabah korporasi, terutama pada sektor-sektor yang memerlukan sertifikasi atau analisis dampak lingkungan (AMDAL), seperti sektor kelapa sawit, pertambangan, dan industri manufaktur lainnya.

Sejak berdiri pada tahun 2021, BSI secara konsisten menerapkan proses bisnis yang ramah lingkungan dan mengedepankan prinsip bisnis hijau untuk menciptakan keberlanjutan. Nilai-nilai ESG (environment, social, governance) sejalan dengan prinsip dalam menjalankan bisnis syariah.

Indikator dalam mengidentifikasi proyek kriteria hijau yang dapat mendapatkan dukungan dari BSI adalah pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah dan merupakan bagian dari Environmental Social & Governance (ESG). Hal ini juga berlandaskan pada peraturan eksternal dari regulator seperti POJK No.51/2017 yang mengatur tentang penerapan keuangan berkelanjutan bagi lembaga jasa keuangan.

Sumber: Republika

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Berita Pilihan
Berita Terkait