29.2 C
Jakarta
HomeBeritaHarga Minyak Tetap Stabil di Tengah Permintaan dari AS dan Tiongkok

Harga Minyak Tetap Stabil di Tengah Permintaan dari AS dan Tiongkok

Harga minyak tetap stabil pada hari Senin (13/11/2023). Ini karena pasar menjadi lebih hati-hati dengan menurunnya permintaan di Amerika Serikat dan Tiongkok serta sinyal yang bervariasi dari Federal Reserve AS.

Seperti dilansir dari laman Reuters, pada hari Senin (13/11/2023), harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari naik 19 sen menjadi 81,62 dolar AS per barel pada pukul 12.50 GMT, setelah sebelumnya jatuh satu dolar AS dalam perdagangan awal. Sementara harga minyak mentah WTI AS untuk pengiriman Desember naik 14 sen menjadi 77,31 dolar AS.

Meskipun harga minyak kembali merosot pada Jumat ketika Irak menyatakan dukungannya untuk pemotongan produksi minyak oleh kelompok OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, penurunan harga minyak tetap turun sekitar empat persen dalam minggu ini, mencatatkan penurunan tiga kali berturut-turut.

“Investor lebih fokus pada menurunnya permintaan di Amerika Serikat dan Tiongkok sementara kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan akibat konflik Israel-Hamas sudah agak surut,” kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, bagian dari Nissan Securities.

Badan Informasi Energi AS (EIA) minggu lalu mengatakan bahwa produksi minyak mentah di negara itu tahun ini akan meningkat sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya dan permintaan akan turun. Tahun depan, konsumsi bensin per kapita AS bisa turun ke level terendah dalam dua dekade.

Pasar juga waspada terhadap potensi pengetatan kebijakan AS setelah Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya dapat menaikkan suku bunga lagi jika inflasi tidak dikendalikan.

“Pernyataan Federal Reserve yang lebih hawkish bukanlah prospek yang akan diterima oleh harga minyak mentah, mengingat data terbaru di Tiongkok dan AS telah memunculkan kembali kekhawatiran akan pertumbuhan,” kata analis pasar IG, Tony Sycamore.

Data ekonomi yang lemah dari Tiongkok minggu lalu, selaku importir minyak mentah terbesar di dunia, juga menimbulkan kekhawatiran akan melemahnya permintaan. Pabrik-pabrik penyulingan di Tiongkok meminta lebih sedikit pasokan untuk bulan Desember dari Arab Saudi, eksportir terbesar dunia.

Harga konsumen di Tiongkok turun ke posisi terendah era pandemi bulan lalu, memicu kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi negara tersebut.

Namun, jika harga minyak WTI mendekati 75 dolar AS per barel, “Kita mungkin akan melihat dukungan pembelian karena ekspektasi bahwa Arab Saudi dan Rusia akan memutuskan untuk melanjutkan pengurangan pasokan sukarela mereka setelah Desember,” kata Kikukawa dari NS Trading.

Pekan lalu, eksportir minyak utama Arab Saudi dan Rusia, yang merupakan bagian dari OPEC+, mengonfirmasi bahwa mereka akan melanjutkan pengurangan produksi minyak tambahan secara sukarela hingga akhir tahun karena kekhawatiran atas permintaan dan pertumbuhan ekonomi terus menyeret pasar minyak mentah.

OPEC mengatakan fundamental pasar minyak tetap kuat dan menyalahkan spekulan atas penurunan harga. Kelompok produsen juga sedikit menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2023 dan tetap berpegang pada prediksi 2024 yang relatif tinggi. Pertemuan berikutnya dari OPEC+ dijadwalkan pada 26 November.

Sumber: Republika

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Berita Pilihan
Berita Terkait