Prabowo Subianto bertemu dan mengenal Pak Azwar Syam saat menjalani pendidikan sebagai taruna di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) bagian umum dan darat di Magelang pada tahun 1970. Prabowo bergabung dalam Kompi 2 Batalyon C4 di AKABRI.
Pak Azwar Syam memiliki perawakan yang kurus, berkulit hitam, dan memiliki sorot mata tajam serta penuh percaya diri. Dia adalah Komandan Kompi 2 Batalyon C4 dan memiliki pengaruh besar pada Prabowo. Prabowo belajar dari Pak Azwar tentang kerapian, ketegasan, disiplin, dan kepedulian terhadap anak buah.
Pak Azwar selalu tampil rapi, meskipun bajunya sudah belel karena sering dipakai di lapangan. Menurut Prabowo, hal tersebut menambah wibawa dan karisma beliau. Azwar Syam juga tegas dan keras dalam mendidik para taruna. Dia pertama kali menempeleng Prabowo saat mendapati gula jawa di kantong celana Prabowo.
Meskipun tindakan tersebut mengejutkan Prabowo, namun lama kelamaan Prabowo merasa hormat dan sayang kepada beliau. Azwar Syam selalu tiba pertama kali setiap akan melaksanakan apel pagi, teliti dalam memeriksa senjata, dan peduli terhadap anak buahnya.
Setelah Prabowo lulus dari AKABRI, dia tidak bertemu lagi dengan Pak Azwar hingga 33 tahun kemudian, ketika Prabowo menjadi Letnan Jenderal dan terjun ke politik. Prabowo bertemu kembali dengan Azwar Syam di acara yang diadakan oleh Partai Golongan Karya (Golkar) di Kota Palu. Ketika itu, Prabowo menyatakan bahwa tanpa Azwar, dia tidak mungkin menjadi Letnan Jenderal.
Azwar Syam juga ikut bergabung dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) yang didirikan oleh Prabowo. Beliau aktif memperjuangkan pesan politik Prabowo kepada rakyat akar rumput, serta membantu kampanye Prabowo saat ia menjadi calon Presiden.
Prabowo menyatakan bahwa Azwar Syam adalah sosok yang berjiwa besar, berjiwa pemimpin, dan berjiwa guru. Dedikasi beliau adalah untuk memastikan anak muridnya sukses melebihi dirinya. Prabowo menganggap Azwar Syam sebagai guru sejati yang ikut membentuk pribadinya sebagai prajurit TNI.