29.2 C
Jakarta
HomeBeritaEkonomi Biru tidak Hanya Bergantung pada Sektor Perikanan

Ekonomi Biru tidak Hanya Bergantung pada Sektor Perikanan

BIAK — Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan ekonomi biru (blue economy) bukan hanya soal perikanan. “Kalau kita lihat apa yang disampaikan oleh UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development), sektor-sektor bernilai tambah tinggi adalah manufaktur berteknologi tinggi berbasis kelautan, industri perkapalan, industri peralatan pelabuhan lainnya, serta berbagai potensi pengembangan bioteknologi berbasis kelautan,” ujar Amalia dalam Road to Indonesia Development Forum (IDF) 2023, di Pulau Biak, Papua, Sabtu (25/11/2023).

Sebagai negara yang memiliki luas lautan lebih dari 65 persen, pemanfaatan potensi lautan di Indonesia dinilai belum optimal. Dibandingkan berdasarkan indeks ekonomi biru yang disusun salah satu lembaga internasional, dampak ekonomi dari ekonomi biru di Indonesia belum diperoleh secara maksimal. Sehingga, peringkat Indonesia dalam indeks ekonomi biru dibandingkan dengan negara lain masih di bawah rata-rata.

Oleh sebab itu, sejak 2021, Bappenas meluncurkan buku yang disebut dengan Blue Economy Development Framework. Buku ini adalah buku pertama yang Bappenas munculkan terkait blue economy dalam rangka membangun paradigma baru. “Terutama bagaimana pembangunan ekonomi biru ini bisa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi Indonesia ke depan,” kata Amalia.

Dalam penyusunan buku tersebut, pihaknya bekerja sama dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) sebagai upaya membangun pemahaman bersama dengan para pemangku kepentingan bahwa ekonomi biru itu ekonomi berbasis kelautan, menciptakan nilai tambah, serta meningkatkan produktivitas ekonomi secara inklusif dan berkelanjutan. Dia menegaskan tiga kata kunci dari paradigma baru dari ekonomi biru ialah nilai tambah (value creation), inklusif, dan berkelanjutan.

Selain itu, pemerintah turut sudah meluncurkan Peta Jalan Ekonomi Biru Indonesia pada Juli 2023 ketika Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) Blue Economy Forum. Karena itu, Amalia mengatakan peluang ekonomi biru merupakan isu lintas sektoral, bukan hanya berkaitan dengan sektor perikanan, tetapi di bawah naungan seluruh sektor yang memiliki peluang besar untuk bersama-sama menggali nilai tambah lebih baik dari potensi laut.

Ekonomi biru dinilai memiliki prospek masa depan untuk ekonomi Indonesia karena akan memberikan manfaat dalam aspek sosial dan lingkungan, serta membuat ekonomi tanah air lebih inklusif dan berkelanjutan. “Ekonomi biru adalah arus ekonomi masa depan,” ujar Amalia.

Di mana peluang ekonomi biru ini adalah banyak dan bervariasi, seperti bioteknologi, pariwisata bahari berkelanjutan, digitalisasi untuk pengembangan potensi kekayaan alam. Kemudian juga munculnya industri laut baru yang di luar sektor perikanan, misalnya rumput laut, kemudian industri perhiasan berbasis laut, dan industri makanan berbasis laut.

Ekonomi sirkular kelautan bisa di terapkan, termasuk energi baru terbarukan yang berbasis arus laut maupun berbasis angin (wind power) laut yang bisa menjadi pembangkit listrik energi baru terbarukan. Sumber: ANTARA Sumber: Republika

Stay Connected
16,985FansLike
2,458FollowersFollow
61,453SubscribersSubscribe
Berita Pilihan
Berita Terkait